Apa Itu SLFR Dan Apa Tujuannya?
Bersepeda bisa saja hanya sebuah hobi, tapi bersepeda ini ternyata memiliki banyak keuntungan baik untuk pribadi maupun untuk lingkungan. Di Solo saat ini ada sebuah gerakan yang dilakukan oleh pesepeda yang dilakukan setiap Jumat akhir bulan. Gerakan bersepeda ini bernama Solo Last Friday Ride (SLFR) yang muncul di Solo pada April 2011. Gerakan ini awalnya diinisiasi oleh gerakan critical mass seperti wisata sepeda yang dimulai tahun 1992 di San Francisco. Akhirnya critical mass sampai ke Indonesia dan dilakukan di berbagai kota seperti Jakarta, Bandung dan Yogyakarta.
“Akhirnya kita juga membuat gerakan bersepeda setiap Jumat di akhir bulan dengan berkiblat pada Kota Yogyakarta yang dekat dengan kota kita. Gerakan ini kita namakan Solo Last Friday Ride,” ungkap Koordinator SLRF, Giri.
Saat awal memulai gerakan, SLRF hanya diikuti oleh seratusan pesepeda. Kemudian, Giri pun berusaha menyebar luaskan tentang adanya gerakan SLRF dengan membuat poster dan menyebarkannya di pinggir jalan. Setelah orang mulai banyak tahu tentang SLRF, Giri dan kawan-kawannya pun gencar promosi melalui Facebook, Twitter, blog, maupun BlackBerry. Peserta SLRF tiap bulan kian meningkat hingga ribuan peserta.
Tepat pada Jumat malam di akhir bulan Juli, SLRF genap berusia 2 tahun. Saat itu, mereka mencetak rekor pesepeda terbanyak dengan jumlah hingga 2.500 orang. Pada ulang tahunnya yang ke-2 itu, mereka menggelar SLRF#24 dengan tema Pesta Kostum. Mereka bersepeda dengan mengusung kostum mereka masing-masing.
“Unik sekali saat ulang tahun itu, ada banyak kostum yang unik seperti pocong, kostum klub bola, kostum tokoh kartun, dan berbagai macam kostum lainnya. Ini sengaja dilakukan karena tema yang kita ambil memang pesta kostum sehingga semua berhak berkesplorasi,” lanjutnya.
Gerakan Terbuka
Pada hari ulang tahunnya itu, mereka juga dibantu oleh beberapa komunitas seperti komunitas Pasoepati, komunitas Cosplay dan lain sebagainya. Mereka yang berjumlah 2.500-an orang lengkap dengan sepedanya ini kemudian memulai gowes dari Manahan dan berakhir di Ngarsopuro. Mereka terjun di jalan untuk membuat macet jalanan di Kota Solo.
“Kita memang sengaja ingin membuat jalanan di Kota Solo macet, sehingga pengguna jalan lain tahu keberadaan kami. Kami juga punya slogan Ora Sabar Maburo. Ini menunjukkan bahwa kami para pesepeda juga punya hak atas jalanan di Solo,” ungkapnya.
SLRF merupakan gerakan yang terbuka untuk semua kalangan baik dari komunitas, maupun individu. Mereka juga tidak pernah memandang apa pun sepeda yang dipakai. Slogan lain yang mereka usung adalah Yang Penting Sepedaannya, Bukan Sepedanya.
“Siapa pun bisa bergabung dengan kami, apa pun sepedanya dan intinya kita tunjukkan bahwa sepeda ada di Solo dan kultur sepeda di Solo masih kental,” lanjutnya.
Kritik untuk Pemerintah Kota
Keberadaan gerakan Solo Last Friday Ride (SLFR) salah satunya ada untuk menjadi kritik bagi Pemerintah Kota Surakarta tentang adanya jalur lambat yang tidak tertata dengan baik. Jalur lambat yang semestinya ada untuk becak dan sepeda, saat ini justru dipenuhi untuk lahan parkir dan pedagang kaki lima.
“Solo ini katanya memiliki jalur lambat terpanjang. Tapi yang ada jalur lambat hanya untuk parkir dan pedagang kaki lima. Pemerintah kurang bisa menata adanya jalur lambat. Pemerintah seharusnya tegas dan memberikan solusi terbaik,” ungkap Giri.
Solo saat ini juga merupakan kota dengan lingkup yang kecil. Ke mana pun tujuannya sebenarnya bisa dijangkau dengan mudah. Oleh karenanya, SLRF ingin mengajarkan kepada masyarakat Solo untuk membudayakan bersepeda.
“Ke warung naik sepeda dan ke tempat lain yang mudah dijangkau dengan sepeda ini hal sepele yang jarang dilakukan masyarakat Solo. Padahal dengan bersepeda bisa lebih sehat dan tentunya mengurangi polusi udara,” lanjutnya.
Selanjutnya mereka akan melaksanakan kegiatan SLRF#25 , Jumat (31/5) hari ini di Manahan dengan tema Hardiknas. Pada tema ini, peserta akan menggunakan kostum seragam sekolah dan atribut sekolah. “Kita ambil tema Hardiknas untuk mendidik adik-adik agar mau bersepeda sejak dini,” pungkasnya.
Sumber : Joglosemar
Komentar
Posting Komentar